Sahamok.net – Tiga indeks utama Wall Street berada di bawah tekanan setelah bank sentral AS, The Federal Reserve memutuskan untuk menaikkan suku bunga 75 basis poin (bps) pada hari Rabu. Ini sekaligus mengisyaratkan suku bunga yang mungkin akan meningkat lebih tinggi ke depan. Konsekuensinya, bursa saham utama AS anjlok, begitu pun dengan pasar saham Indonesia yang tercermin dari IHSG.
- The Fed memutuskan untuk menaikkan tingkat suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bps) atau 0,75%.
- Indeks saham utama AS merosot signifikan: Dow Jones melemah 4%, S&P 500 turun 4,6%, dan Nasdaq anjlok 5%
- Bursa saham Indonesia ikut anjlok akibat sentimen kenaikan suku bunga.
- Prospek bursa saham dalam tidak terlihat baik untuk jangka pendek.
Dampak kenaikan suku bunga The Fed terhadap bursa saham
Indeks utama Wall Street mengalami kontraksi selama tujuh sesi dari sembilan sesi terakhir. Ini meningkatkan kewaspadaan dan pesimisme investor karena kontraksi ini disebabkan oleh The Fed yang menetapkan kebijakan moneter agresif dengan menaikkan suku bunga acuan sebesar 0,75% sehingga mendorong resesi ekonomi.
Suku bunga The Fed sekarang berada di kisaran 3% hingga 3,25%, sementara proyeksi terbaru menunjukkan bahwa kebijakan suku bunga naik menjadi 4,40% pada akhir tahun 2022 sebelum mencapai 4,60% pada tahun 2023.
Angka inflasi baru-baru ini memaksa The Fed untuk lebih agresif, yang terlihat dari kenaikan suku bunga acuan. Ketua The Fed, Jerome Powell mengatakan bahwa pejabat bank sentral AS bertekad untuk menekan angka inflasi dari level tertinggi dalam empat dekade. Namun, suku bunga yang semakin tinggi akan membuat aktivitas perekonomian menjadi lesu karena biaya pinjaman juga akan lebih mahal bagi bisnis.
Ini tentu saja akan menjadi kabar buruk bagi pasar saham AS yang bisa berdampak pada sentimen negatif ke bursa saham negara lain, termasuk Indonesia. Faktanya, pada perdagangan hari ini Senin (26/09/2022), indeks harga saham gabungan (IHSG) dibuka merosot lebih 1% dan hingga pukul 10:00 WIB, IHSG anjlok 1,85%.
Kepala Strategi Goldman Sachs, David Kostin mengatakan:
“Jalur suku bunga yang diharapkan sekarang lebih tinggi dari asumsi kami sebelumnya, yang memiringkan distribusi hasil pasar ekuitas di bawah prediksi kami sebelumnya. Indeks S&P 500 berpotensi turun serendah 3.400 jika pendapatan perusahaan yang terdaftar merosot.”
Prospek selera risiko dalam waktu dekat tampak tidak baik, dan ke depan, pasar saham AS diprediksi akan menjadi hipersensitif. Pada gilirannya, ini kembali akan menjadi sentimen negatif bagi bursa saham lain, termasuk di Indonesia.